Catatan Alkimia Newton: Pencarian Rahasia di Balik Revolusi Ilmiah

Catatan Alkimia Newton: Pencarian Rahasia di Balik Revolusi Ilmiah

Isaac Newton—ketika mendengar nama ini, banyak dari Anda mungkin berpikir tentang hukum gravitasi universal atau penemu kalkulus. Namun, Newton, yang dikenal sebagai bapak fisika, memiliki sisi lain yang lama disembunyikan: Newton si alkemis. Dalam artikel ini, kita akan fokus pada penelitian alkimia Newton dan menyelami dunia pengejaran rahasianya.

Sir Isaac Newton (1643-1727). Portrait by Godfrey Kneller (1689). At this time, Newton was deeply immersed in alchemical research. Behind his public persona as a physicist, he was secretly conducting alchemical experiments.

Sir Isaac Newton (1643-1727). Potret oleh Godfrey Kneller (1689). Pada saat ini, Newton sangat tenggelam dalam penelitian alkimia. Di balik persona publiknya sebagai fisikawan, dia diam-diam melakukan eksperimen alkimia. ©James Thronill setelah Sir Godfrey Kneller

Catatan Alkimia Newton

Setelah kematian Newton, sebuah koleksi besar catatannya tentang alkimia ditemukan. Catatan-catatan ini tetap tidak dipublikasikan selama bertahun-tahun, karena dikhawatirkan dapat merusak reputasi Newton sebagai ilmuwan. Namun, pada paruh kedua abad ke-20, catatan ini akhirnya mulai dipelajari secara detail.

Catatan alkimia Newton berisi catatan rinci tentang berbagai eksperimen. Misalnya, mereka menjelaskan metode untuk menciptakan zat yang disebut “Singa Hijau.” Ini diyakini merujuk pada reaksi kimia kompleks yang menggunakan antimoni dan merkuri. Secara khusus, proses ini melibatkan menghancurkan bijih antimoni, mencampurnya dengan merkuri, dan kemudian menyuling campuran tersebut berulang kali. Newton percaya bahwa “Singa Hijau” ini memiliki kekuatan untuk mengubah logam.

Newton juga bersemangat dalam mencari “Batu Filsuf,” suatu zat legendaris yang dikatakan mampu mengubah logam mana pun menjadi emas. Catatannya memuat catatan rinci tentang eksperimen yang melibatkan pencampuran, pemanasan, dan penyulingan berbagai zat. Misalnya, ada eksperimen yang dijelaskan di mana timbal dan sulfur dicampurkan dan dipanaskan serta didinginkan berulang-ulang. Selama proses ini, Newton dengan teliti mengamati dan mencatat perubahan warna dan tekstur zat-zat tersebut. Dia menjelaskan secara rinci bagaimana timbal akan berubah menjadi hitam dan kemudian memperoleh rona kemerahan, percaya bahwa perubahan warna ini menunjukkan perubahan mendasar dalam zat tersebut.

An imagined view of a 17th-century alchemical laboratory. Newton likely conducted his research on the 'Green Lion' and the 'Philosopher's Stone' in a similar environment. Equipment such as distillation apparatus and furnaces were later applied to scientific experiments.

Pandangan imajinatif dari laboratorium alkimia abad ke-17. Kemungkinan besar Newton melakukan penelitiannya tentang ‘Singa Hijau’ dan ‘Batu Filsuf’ dalam lingkungan yang serupa. Peralatan seperti peralatan penyulingan dan tungku kemudian diterapkan pada eksperimen ilmiah. Dihasilkan oleh AI

Menariknya, Newton tidak hanya mengikuti metode alkimia tradisional; dia mengembangkan teorinya sendiri. Dia mengusulkan konsep “korpuskul” (partikel kecil) sebagai unit terkecil dari materi, percaya bahwa sifat-sifat zat ditentukan oleh kombinasi dan susunan korpuskul ini. Ide ini memiliki kemiripan dengan teori atom modern.

Pusat dari teori alkimia Newton adalah konsep “prima materia” (materi utama). Dia percaya bahwa semua zat terdiri dari satu materi utama yang umum, dan bahwa zat yang berbeda diciptakan oleh variasi dalam susunan dan kepadatan materi utama ini. Misalnya, dia berpikir bahwa perbedaan antara emas dan timbal adalah bagaimana materi utama yang sama disusun. Walaupun ide ini berbeda dari konsep unsur modern dalam kimia, ini adalah upaya penting untuk memahami esensi materi.

Selain itu, Newton percaya pada “affinities” antara zat, mencoba menjelaskan mengapa zat tertentu menarik atau menolak satu sama lain. Dia mencoba memahami affinities ini dalam istilah tarik-menarik dan tolak-menolak antara korpuskul zat-zat. Ini dapat dilihat sebagai pendahulu teori reaksi kimia.

Newton juga mencoba menerapkan pandangan alkimianya pada seluruh alam semesta. Dia berusaha menjelaskan gerakan planet dan fenomena langit menggunakan prinsip alkimia “simpat” dan “antipati.” Misalnya, dia berusaha memahami tarikan gravitasi antara planet sebagai mirip dengan “simpat” antara zat dalam alkimia. Proses pemikiran ini sangat penting dalam pengembangan teori gravitasinya kemudian.

Ilmu Pengetahuan dan Mistisisme Abad ke-17

Abad ke-17, ketika Newton hidup, adalah era revolusi ilmiah. Namun, itu juga merupakan waktu ketika disiplin mistis seperti alkimia dan astrologi banyak dipercaya. Bagi banyak intelektual masa itu, sains dan mistisisme tidak dibedakan dengan jelas.

Misalnya, Robert Boyle, seorang rekan sezaman Newton, juga sangat tertarik pada alkimia. Sementara Boyle dikenal karena meletakkan fondasi kimia, dia juga seorang alkemis yang antusias. Boyle mengeksplorasi sifat-sifat zat melalui eksperimen alkimia, yang berkontribusi pada perkembangan kimia kemudian.

Alkimia pada waktu itu dianggap tidak hanya sebagai cara untuk menghasilkan uang, tetapi juga cara untuk mengungkap misteri alam semesta. Bagi Newton, alkimia adalah sarana untuk mendekati rahasia ciptaan Tuhan. Dia berusaha memahami sifat-sifat dasar materi melalui eksperimen alkimia.

Pada zaman Newton, istilah “filsafat alam” digunakan untuk berarti apa yang sekarang kita sebut “ilmu pengetahuan.” Filsafat alam bertujuan untuk memahami dan menjelaskan fenomena alam, tetapi metodologinya sangat berbeda dari sains modern. Itu bercampur unsur mistis dengan yang empiris. Misalnya, ketika mempelajari gerakan angkasa, perhitungan matematis dipertimbangkan bersama dengan pengaruh mistis benda langit.

Pengaruh Penelitian Alkimia terhadap Penemuan Ilmiah

Penelitian alkimia Newton diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap penemuan ilmiahnya. Berikut adalah beberapa contoh spesifik:

1. Pengaruh pada Penelitian Optik

Penelitian Newton tentang dispersi cahaya secara langsung dipengaruhi oleh eksperimen alkimia. Dia menggunakan prisma untuk menguraikan cahaya putih menjadi spektrum, sebuah metode mirip dengan eksperimen penyulingan dalam alkimia. Dalam alkimia, campuran dipanaskan dan disuling untuk memisahkan komponen yang berbeda. Newton menerapkan konsep ini pada cahaya, menemukan bahwa cahaya putih sebenarnya adalah campuran dari berbagai cahaya berwarna. Selain itu, dia menunjukkan bahwa setiap warna cahaya memiliki indeks refraksi yang berbeda, yang dianggap terkait dengan konsep “kemurnian” dalam alkimia.

Diagram of Newton's prism experiment. It shows how white light disperses into various colors when passing through a prism. This experiment is believed to have been inspired by the concept of separation and purification in alchemy. Newton applied the precise observation techniques he cultivated in alchemy to study the properties of light. This discovery is a prime example of the close relationship between Newton's alchemical research and his scientific discoveries.

Diagram percobaan prisma Newton. Ini menunjukkan bagaimana cahaya putih menyebar menjadi berbagai warna ketika melewati prisma. Eksperimen ini diyakini terinspirasi oleh konsep pemisahan dan pemurnian dalam alkimia. Newton menerapkan teknik pengamatan yang cermat yang dia kembangkan dalam alkimia untuk mempelajari sifat-sifat cahaya. Penemuan ini adalah contoh utama dari hubungan erat antara penelitian alkimia Newton dan penemuan ilmiahnya. CC BY-SA 3.0, Link

2. Pengaruh pada Teori Gravitasi

Teori gravitasi Newton juga menunjukkan pengaruh dari alkimia. Newton menyebut gaya tarik antara benda langit yang jauh sebagai “gaya gaib.” Ini mengingatkan pada konsep “simpat” dalam alkimia. Dalam alkimia, diyakini bahwa ada hubungan yang tidak terlihat antara zat. Newton mengembangkan ide ini untuk memahami gravitasi sebagai gaya universal yang bekerja antara semua benda. Konsep “kualitas” dalam alkimia juga diyakini mempengaruhi pembentukan konsep “massa” dalam teori gravitasi.

3. Kontribusi terhadap Teori Atom

“Teori korpuskular” Newton muncul dari penelitian alkimianya. Teori ini sangat mempengaruhi perkembangan teori atom kemudian. Newton percaya bahwa ada unit partikel terkecil yang membentuk materi, dan bahwa berbagai zat diciptakan oleh kombinasi partikel-partikel ini. Ide ini membentuk dasar kimia modern. Misalnya, Newton mencoba memahami transformasi logam sebagai penyusunan ulang korpuskul, yang mirip dengan konsep modern reaksi kimia.

4. Pengaruh pada Pemikiran Matematis

Pemikiran matematis Newton juga diyakini dipengaruhi oleh alkimia. Dalam alkimia, makna-makna mistis sering dikaitkan dengan angka dan bentuk geometris. Diperkirakan bahwa Newton menerapkan cara berpikir ini pada pemecahan masalah matematis. Misalnya, penggunaannya atas konsep infinitesimals dalam pengembangan kalkulus mungkin terkait dengan ide pembagian tak hingga dari materi dalam alkimia.

5. Kontribusi terhadap Metodologi Eksperimental

Eksperimen alkimia berkontribusi pada pengembangan metodologi ilmiah Newton. Eksperimen alkimia memerlukan prosedur ketat dan pengamatan rinci. Newton menerapkan sikap ini pada eksperimen ilmiahnya. Misalnya, dalam eksperimen optiknya, dia dengan ketat mengontrol kondisi eksperimental dan menyimpan catatan rinci hasil, yang diperkirakan merupakan penerapan metode eksperimen alkimia.

Reevaluasi Newton dalam Sejarah Ilmu Pengetahuan Modern

The title page of Newton's magnum opus, 'Principia Mathematica' (first edition, 1687). The theory of gravity developed in this work is thought to have been influenced by the concept of 'sympathy' in alchemy. The reevaluation in the history of science is revealing the importance of alchemical thinking behind this work.

Halaman judul dari karya agung Newton, ‘Principia Mathematica’ (edisi pertama, 1687). Teori gravitasi yang dikembangkan dalam karya ini dianggap dipengaruhi oleh konsep ‘simpat’ dalam alkimia. Reevaluasi dalam sejarah ilmu pengetahuan mengungkapkan pentingnya pemikiran alkimia di balik karya ini. By Isaac Newton

Untuk waktu yang lama, penelitian alkimia Newton diperlakukan sebagai “aspek yang memalukan” dari pencapaian ilmiahnya. Namun, studi terbaru dalam sejarah ilmu pengetahuan telah merevaluasi pengejaran intelektual yang beragam dari Newton, termasuk penelitian alkimianya, sebagai bagian penting dari pemikiran ilmiahnya.

Misalnya, sejarawan sains Betty Jo Teeter Dobbs berpendapat bahwa penelitian alkimia Newton memainkan peran penting dalam pengembangan metodologi ilmiahnya. Menurut Dobbs, Newton menyempurnakan metode ilmiah hipotesa, eksperimen, dan analisis hasil melalui eksperimen alkimianya. Dia menunjukkan bahwa catatan pengamatan terperinci dalam catatan alkimia Newton menjadi model untuk eksperimen ilmiah kemudian.

Selain itu, penelitian alkimia Newton memberikan perspektif baru bagi ilmuwan modern. Misalnya, ahli kimia Lawrence Principe telah berupaya menafsirkan kembali catatan alkimia Newton menggunakan pengetahuan ilmiah modern. Menurut Principe, beberapa eksperimen Newton menunjukkan hasil menarik bahkan dari sudut pandang ilmu kimia modern. Secara khusus, telah terungkap bahwa eksperimen Newton dengan paduan logam mengandung wawasan yang merupakan pendahulu ilmu material modern.

Lebih lanjut, penelitian alkimia Newton memberikan wawasan penting tentang hubungan antara sains dan agama, pemikiran rasional dan intuisi. Newton mengejar penyelidikan ilmiah dan penyelidikan religius secara terpadu, tanpa memisahkannya. Sikap ini menawarkan perspektif baru pada dialog antara sains modern dan agama. Misalnya, beberapa ilmuwan modern berusaha mengintegrasikan penyelidikan ilmiah dan penyelidikan metafisik, mengikuti contoh Newton.

Kesimpulan: Apa yang Katatan Alkimia Newton Sampaikan kepada Kita

Catatan alkimia Newton mengungkapkan kepada kita dunia pengejaran rahasia yang tersembunyi di balik revolusi ilmiah abad ke-17. Mereka mencerminkan pengejaran intelektual dari era ketika sains dan mistisisme belum dibedakan.

Penelitian alkimia Newton memiliki pengaruh signifikan pada penemuan ilmiahnya. Banyak dari pencapaian Newton, termasuk dasar-dasar optik, teori gravitasi, dan teori atom, lahir dari hubungan erat dengan penelitian alkimianya. Misalnya, penelitiannya tentang sifat-sifat cahaya terinspirasi oleh eksperimen penyulingan dalam alkimia. Konsep gravitasi diyakini berkembang dari ide “simpat” antara zat dalam alkimia.

Penelitian modern dalam sejarah ilmu pengetahuan sedang mengevaluasi kembali pengejaran intelektual yang beragam dari Newton, termasuk penelitian alkimia. Ini adalah upaya untuk memahami sejarah ilmu pengetahuan bukan sebagai cerita kemajuan linear, tetapi sebagai proses eksplorasi yang kompleks dan multiaspek.

Apa yang disampaikan oleh catatan alkimia Newton kepada kita adalah tentang esensi dari pengejaran intelektual. Mereka mengajarkan kita pentingnya mengejar semua kemungkinan tanpa terikat oleh kerangka kerja yang ada. Mungkin ilmuwan modern juga dapat belajar dari semangat penyelidikan multifaset Newton.

Kesimpulannya, penelitian alkimia Newton menunjukkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukanlah proses linear sederhana, tetapi hasil dari pertautan yang kompleks dari berbagai pemikiran dan praktik. Ini menantang konsep modern tentang sains “murni” dan “obyektif,” mengajarkan kita bahwa esensi ilmu pengetahuan lebih kaya dan lebih multiaspek.

Catatan alkimia Newton mendorong kita untuk melihat sejarah ilmu pengetahuan dengan mata segar. Pada saat yang sama, mereka menawarkan wawasan tentang bagaimana penelitian ilmiah modern seharusnya dilakukan. Pemikiran bebas yang tidak terikat oleh kerangka yang ada, penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang, dan rasa kekaguman terhadap misteri alam – semua ini adalah pelajaran berharga yang dapat kita pelajari dari penelitian alkimia Newton.