Penobatan Charlemagne: Pembentukan Eropa Abad Pertengahan dan Warisan “Bapak Eropa”

Penobatan Charlemagne: Pembentukan Eropa Abad Pertengahan dan Warisan “Bapak Eropa”

Pendahuluan

Pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9, muncul sosok yang membawa titik balik besar dalam sejarah Eropa Barat. Namanya adalah Charlemagne, juga dikenal sebagai Charles Yang Agung. Sebagai Raja Franka, dinobatkan sebagai Kaisar di Roma pada tahun 800, Charlemagne meletakkan dasar bagi Eropa abad pertengahan melalui wilayah kekuasaannya yang luas dan pemerintahannya yang kuat. Artikel ini akan mengulas pemerintahan Charlemagne dan mengeksplorasi mengapa ia disebut “Bapak Eropa.”

Masa Muda Charlemagne dan Naiknya ke Kekuasaan

Charlemagne lahir sekitar tahun 742 di wilayah yang sekarang menjadi Belgia. Ayahnya, Pepin yang Pendek, adalah kepala dinasti Carolingian yang memegang kekuasaan nyata di Kerajaan Franka. Setelah kematian Pepin pada tahun 768, Charlemagne menjadi penguasa bersama Kerajaan Franka dengan saudaranya Carloman. Ketika Carloman meninggal pada tahun 771, Charlemagne menjadi penguasa tunggal bangsa Franka.

Perluasan Kerajaan Franka

Masa pemerintahan Charlemagne adalah masa perluasan wilayah bagi Kerajaan Franka. Ia dengan giat melakukan kampanye ke wilayah-wilayah sekitar, memperluas perbatasan kerajaan. Kampanye penting meliputi:

  • Perang Saxon (772-804): Setelah pertempuran berkepanjangan, ia menaklukkan dan mengkristenkan bangsa Saxon.
  • Kampanye Italia (773-774): Menaklukkan Kerajaan Lombard dan menjadi Raja Italia.
  • Kampanye Spanyol (778): Maju ke Iberia utara untuk melawan pasukan Islam.
  • Kampanye Avar (791-796): Menaklukkan bangsa Avar di cekungan Danube.

Kampanye-kampanye ini sangat memperluas wilayah kekuasaan Charlemagne hingga mencakup bagian dari Prancis modern, Jerman, Italia utara, Belanda, Belgia, Swiss, dan Austria.

Penobatan di Roma

Salah satu peristiwa paling penting dalam pemerintahan Charlemagne adalah penobarannya di Roma pada tanggal 25 Desember 800. Pada hari itu, di Basilika St. Petrus, Paus Leo III menobatkan Charlemagne sebagai “Kaisar Romawi.” Penobatan ini memiliki makna besar. Pertama, ini melambangkan kebangkitan Kekaisaran Romawi di Eropa Barat. Penobatan Charlemagne memungkinkan Eropa Barat mengklaim status setara dengan Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium). Namun, Kekaisaran Timur tidak mengakui gelar kekaisaran Charlemagne, yang menjadi sumber ketegangan antara Timur dan Barat. Selain itu, Paus yang menobatkan Charlemagne menunjukkan hubungan erat antara kekuasaan sekuler dan Gereja. Hal ini akan sangat memengaruhi hubungan antara gereja dan negara di Eropa abad pertengahan. Peristiwa ini juga meletakkan dasar bagi Kekaisaran Romawi Suci yang kemudian.

Pembentukan Sistem Pemerintahan

Untuk memerintah wilayahnya yang luas secara efisien, Charlemagne membentuk berbagai sistem:

  • Sistem count: Menciptakan “county” sebagai unit administratif lokal, menunjuk count untuk memerintah masing-masing.
  • Missi dominici: Perwakilan kerajaan yang bepergian untuk mengawasi pemerintahan lokal.
  • Sistem pelayanan militer: Mengembangkan sistem pemberian tanah kepada vassal sebagai imbalan atas pelayanan militer. Ini memengaruhi perkembangan feodalisme kemudian, meskipun feodalisme penuh belum terbentuk sampai setelah kematian Charlemagne, berkembang secara bertahap dari abad ke-9 hingga ke-10.
  • Penyatuan moneter: Memperkenalkan koin perak denarius untuk menstabilkan ekonomi.
  • Pengembangan sistem hukum: Mengkodifikasi hukum adat lokal, menciptakan dasar untuk sistem hukum yang terpadu.

Sistem-sistem ini akan sangat memengaruhi pemerintahan di Eropa abad pertengahan.

Renaisans Carolingian

Masa pemerintahan Charlemagne juga merupakan periode perkembangan budaya yang besar. Kebangkitan budaya pada periode ini disebut “Renaisans Carolingian.” Namun, ini bukan kebangkitan budaya Romawi kuno yang lengkap, melainkan gerakan kebangkitan budaya dalam kerangka budaya Kristen. Fitur-fitur utamanya meliputi:

  • Promosi pendidikan: Mendirikan sekolah istana untuk mendidik para pendeta dan pejabat.
  • Kebangkitan klasik: Mengevaluasi kembali sastra dan pembelajaran Romawi kuno, mendorong pengumpulan dan reproduksi manuskrip.
  • Perkembangan seni: Gaya baru muncul dalam arsitektur, patung, dan iluminasi manuskrip.
  • Penyatuan bahasa: Mempromosikan penggunaan bahasa Latin, menetapkannya sebagai bahasa umum.
  • Perkembangan keilmuan: Karya-karya baru muncul dalam bidang teologi, sejarah, tata bahasa, dan bidang lainnya.

Renaisans Carolingian membentuk dasar budaya Eropa abad pertengahan dan memengaruhi Renaisans yang kemudian.

Warisan Charlemagne

Setelah kematian Charlemagne pada tahun 814, kekaisarannya yang besar secara bertahap terfragmentasi. Terutama, Perjanjian Verdun pada tahun 843 membagi kekaisaran Charlemagne menjadi tiga bagian, membentuk prototipe Prancis, Jerman, dan Italia kemudian. Namun, dampak pemerintahan Charlemagne terhadap Eropa tak terhitung nilainya:

  • Warisan politik: Kekaisaran Charlemagne menjadi dasar bagi Kekaisaran Romawi Suci kemudian.
  • Warisan budaya: Renaisans Carolingian berkontribusi dalam membentuk identitas budaya Eropa abad pertengahan.
  • Warisan keagamaan: Penyebaran Kristen dan organisasi Gereja menjadi dasar keagamaan Eropa abad pertengahan.
  • Warisan hukum: Sistem hukum Charlemagne memengaruhi perkembangan hukum Eropa kemudian.
  • Warisan ekonomi: Sistem moneter terpadu dan jaringan perdagangan meletakkan dasar bagi perkembangan ekonomi Eropa abad pertengahan.

Warisan-warisan ini menyebabkan Charlemagne disebut sebagai “Bapak Eropa.”

Kesimpulan

Pemerintahan Charlemagne adalah periode krusial dalam pembentukan Eropa abad pertengahan. Penaklukan militernya, penyatuan politik, dan promosi budaya sangat memengaruhi sejarah Eropa selanjutnya. Penobarannya di Roma pada tahun 800 melambangkan kebangkitan Kekaisaran Romawi di Eropa Barat dan merupakan peristiwa penting yang menunjukkan hubungan antara kekuasaan sekuler dan Gereja di Eropa abad pertengahan. Renaisans Carolingian, sebagai gerakan kebangkitan budaya dalam kerangka budaya Kristen, sangat berkontribusi dalam membentuk identitas budaya Eropa abad pertengahan. Warisan Charlemagne meliputi politik, budaya, agama, hukum, dan ekonomi. Institusi dan budaya yang terbentuk di bawah pemerintahannya menjadi dasar Eropa abad pertengahan dan terus memengaruhi Eropa modern. Penilaian Charlemagne sebagai “Bapak Eropa” didasarkan pada perannya dalam meletakkan dasar bagi integrasi politik dan budaya Eropa abad pertengahan. Pemerintahannya menandai titik balik krusial dalam transisi dari zaman kuno akhir ke periode abad pertengahan, dengan pengaruh yang tak terhitung nilainya. Memahami warisan Charlemagne sangat penting untuk memahami pembentukan Eropa abad pertengahan dan memberikan perspektif penting untuk memahami Eropa modern.